Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-25 |
|
---|---|
Masa jabatan 2014–2019 |
|
Presiden | Joko Widodo |
Didahului oleh | Mohammad Nuh |
Informasi pribadi | |
Lahir | Anies Rasyid Baswedan 7 Mei 1969 ![]() |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Independen |
Suami/istri | Fery Farhati Ganis |
Relasi | Abdurrahman Baswedan (kakek) |
Anak | 4 |
Alma mater | Universitas Gadjah Mada University of Maryland, College Park |
Pekerjaan | Akademisi |
Agama | Islam |
Sosial media | |
Situs web | aniesbaswedan.com |
Anies Rasyid Baswedan Ph.D., (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; umur 45 tahun[1]) adalah Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia ke-25. Ia adalah seorang intelektual dan akademisi asal Indonesia. Cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan, ia menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat menjadi rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.
Menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, ia ikut mencalonkan diri menjadi calon presiden lewat konvensi Partai Demokrat.
Kehidupan awal
Masa kecil
Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat
pada tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah
Rasyid. Anies mulai mengenyam bangku pendidikan pada usia 5 tahun. Saat
itu, ia bersekolah di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia enam tahun,
Anies masuk ke SD Laboratori, Yogyakarta.[2]
Masa remaja dan kuliah
Setelah lulus SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta.[3] Dia bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah
di sekolahnya, dan menduduki jabatan sebagai pengurus bidang humas yang
dijuluki sebagai "seksi kematian," karena tugasnya mengabarkan
kematian.[4] Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panitia tutup tahun di SMP-nya.[5]
Kita ditarik dulu ke belakang, sebelum kemudian bisa meloncat dengan jauh.
Anies Baswedan, menggambarkan keterlambatannya lulus SMA karena
mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika.[6]
mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika.[6]
Lulus dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS,[5],
dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang Ketua
OSIS se-Indonesia. Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS
se-Indonesia pada tahun 1985.[5] Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.[3] Program ini membuatnya menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang Yogyakarta, dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.[5]
Masa kuliah
UGM (1989-1995)
Anies diterima masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah satu anggota Majelis Penyelamat Organisasi HMI UGM.[7]
Di fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut
membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992,[7], dan membuat beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan. Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan senat sebagai lembaga legislatif,
yang disahkan oleh kongres pada tahun 1993. Masa kepemimpinannya juga
ditandai dengan dimulainya gerakan berbasis riset, sebuah tanggapan atas
tereksposnya kasus BPPC yang menyangkut putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra.[7] Anies turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.[8]
Pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari untuk JAL Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang kajian Asia. Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis mengenai lingkungan.[9]
Amerika Serikat (1997-2005)
Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.[10]
Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University
pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten peneliti di Office of
Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan meraih
beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan
kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada
tahun 2004.[5] Disertasinya doktoralnya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of Democracy in Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi
terhadap daya respon dan transparansi pemerintah daerah serta
partisipasi publik, menggunakan data survei dari 177 kabupaten/ kota di
Indonesia.[10] Dia lulus pada tahun 2005.
Karier
Dalam berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu mengatakan ada tiga
hal yang ia jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah secara
intelektual dapat tumbuh, apakah masih dapat menjalankan tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga, apakah mempunyai pengaruh sosial.[11]
Peneliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM
Selesai program Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi UGM, Anies Baswedan
sempat berkarier sebagai peneliti dan koordinator proyek di Pusat
Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM. Kariernya di sana tak berlangsung
lama, sebab pada 1996 ia mendapatkan beasiswa program master ke Amerika
Serikat.
Manajer Riset IPC, Inc, Chicago
Selesai mengambil kuliah doktor pada 2004, karena tidak memiliki uang
untuk kembali ke tanah air, Anies sempat bekerja sebagai manajer riset
di IPC, Inc. Chicago, sebuah asosiasi perusahaan elektronik sedunia.
Kecintaannya pada tanah air membuatnya kembali ke Indonesia.
Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
Ia kemudian bergabung dengan Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola
Pemerintahan sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada reformasi
birokrasi di beragam wilayah di Indonesia dengan menekankan kerjasama
antara pemerintah dengan sektor sipil. Hal ini tentu saja tak lepas dari
kepeduliannya terhadap demokrasi, otonomi daerah dan desentralisasi
seperti tertuang dalam disertasi dan artikel-artikelnya di beragam
jurnal dan media.
Direktur Riset Indonesian Institute Center
Ia kemudian menjadi direktur riset The Indonesian Institute. Ini
merupakan lembaga penelitian kebijakan publik yang didirikan pada
Oktober 2004 oleh aktivis dan intelektual muda yang dinamis. Kariernya
di The Indonesian Institute tentu tak lepas dari latar belakang
pendidikannya di bidang kebijakan publik.[12]
Rektor Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan menemui momen penting dalam kariernya. Ia dilantik menjadi Rektor Universitas Paramadina, menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid
atau biasa disapa dengan Cak Nur, yang juga merupakan pendiri
universitas tersebut. Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya
tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia, dimana saat itu usianya
baru menginjak 38 tahun. [13][14] Anies terkesan dengan pidato Joseph Nye, Dekan Kennedy School of Government di Harvard University, yang mengatakan salah satu keberhasilan universitasnya adalah “admit only the best” alias hanya menerima yang terbaik. Dari sinilah Anies kemudian menggagas rekrutmen anak-anak terbaik Indonesia.
Strategi yang kemudian dikembangkan Anies Baswedan adalah mencanangkan
Paramadina Fellowship atau beasiswa Paramadina. Beasiswa itu meliputi
biaya kuliah, buku, dan biaya hidup. Paramadina Fellowship adalah
perwujudan idealisme dengan bahasa bisnis. Hal ini dilakukan karena
kesadaran bahwa dunia pendidikan dan bisnis memiliki pendekatan yang
berbeda. Untuk mewujudkan itu Anies mengadopsi konsep penamaan mahasiswa
yang sudah lulus seperti yang biasa digunakan di banyak Universitas di
Amerika Utara dan Eropa. Caranya, titel seorang lulusan universitas
tersebut mencantumkan nama sponsornya. Misalnya jika seorang mahasiswa
mendapatkan dana dari Mien R. Uno
(seorang pendonor) maka mahasiswa tersebut diwajibkan menggunakan titel
Paramadina Mien R. Uno fellow. Strategi Paramadina Fellowship ini
menunjukkan dampak yang sangat positif. Kini bahkan 25% dari sekitar
2000 mahasiswa Universitas Paramadina berasal dari beasiswa ini. Tentu
ini sumbangsih penting bagi dunia pendidikan Indonesia di tengah
mahalnya biayanya pendidikan tinggi.[11]
Gebrakan lain yang dilakukan oleh Anies Baswedan di universitas yang ia
pimpin adalah pengajaran anti korupsi di bangku kuliah. Hal ini
didasari karena Anies menganggap bahwa salah satu persoalan bangsa ini
adalah praktek korupsi. Karena itu ia berinisiatif membuat mata kuliah
wajib anti korupsi. Yang diajarkan dalam mata kuliah ini mulai kerangka
teoritis sampai laporan investigatif tentang praktik korupsi.[12]
Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Gagasan ini sebenarnya berawal ketika Anies Baswedan masih menjadi
mahasiswa UGM sekitar dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul dan
belajar banyak dari seorang mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof.
Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes).[15]
Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama
Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi
kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa
kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan pertama di sebuah kota
kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang
yang menjadi angkatan pertama PTM ini. Beliau berangkat ke Kupang dan
bekerja di sana selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia
mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk kuliah di UGM. Salah satunya
adalah Adrianus Mooy yang di kemudian hari menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar.[15]
Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan
kuliah di Amerika Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana
membuatnya memahami bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi
kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi, kompetensi
kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya
pemahaman empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah
tempatnya hidup. Semua proses di atas, secara perlahan membentuk ide
besar Gerakan Indonesia Mengajar. Konstruksi dasarnya mulai terumuskan
pada pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan dan menguji
idenya pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud ketika
beberapa pihak berkenan menjadi sponsor.[15]
Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar pun
dimulai pada akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang kemudian
berkembang hingga menjadi organisasi seperti sekarang ini. Sampai saat
ini pun, Anies Baswedan merupakan salah satu pendiri dan juga Ketua
Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.[15]
Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat
Setelah bertahun-tahun bergelut dalam gerakan sosial, Anies Baswedan
terpanggil untuk memasuki dunia politik. Ia diundang untuk terlibat
mengurus negeri dengan mengikuti konvensi Demokrat pada 27 Agustus 2013.
Anies menerima undangan tersebut dengan ikhtiar untuk ikut melunasi
Janji Kemerdekaan.[16] Anies Baswedan bersama 11 orang lainnya; Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan Sinyo Haris Sarundajang mengikuti Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat[17].
Semangat melunasi janji kemerdekaan itulah yang merupakan misi Anies
untuk negeri ini. Bagi Anies apa yang tercantum di Pembukaan UUD 1945
bukan sebuah cita-cita melainkan sebuah janji yang harus dilunasi.
“Janji itu adalah melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, dan membuat
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya. Ia menilai
janji-janji tersebut harus dilunasi oleh seluruh warga negara, termasuk
dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah panggilan tanggung
jawab dan kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih untuk
terlibat dan turun tangan melunasi janji kemerdekaan.[18]
Sikap Anies tersebut dinyatakan secara resmi dalam deklarasi Konvensi
Partai Demokrat pada 15 September 2013 di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut ia mendeklarasikan sebuah gagasan yang diberi
judul “Indonesia Kita Semua”. Gagasan tersebut mengajak semua orang
untuk ikut terlibat mengurus negeri, ikut turun tangan.[19]
Gagasan ini ia buktikan dengan membuat Gerakan TurunTangan yang dalam
setahun berhasil mengumpulkan lebih dari 30.000 relawan tanpa bayaran.[20]
Debat Konvensi
Sebagai bentuk kedewasaan politik, Anies yang bukan kader Demokrat,
mengikuti seluruh rangkaian Konvensi sampai selesai. Beberapa rangkaian
konvensi antara lain adalah Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat,
yang diadakan antara lain di:
- Debat Konvensi di Medan
Dalam debat perdana yang digelar di Istana Maimun, Medan (22/1/2014),
Anies mengungkapkan beberapa inisiatif. Salah satunya adalah idenya
untuk merelokasi kantor BUMN ke daerah-daerah. Menurutnya distribusi
pertambahan ekonomi harus merata. Relokasi BUMN adalah salah satu
caranya.[21]
Pada kesempatan ini Anies juga menorehkan sejarah politik bersih
dengan didukung oleh relawan-relawan tanpa bayaran dan tidak mengotori
kota dengan spanduk-spanduk. Relawan ini merupakan Relawan TurunTangan
yang mendukung Anies untuk menjadi presiden. Anies terus melanjutkan
tradisi ini sampai berakhirnya konvensi.[22]
- Debat Konvensi di Palembang
Gelaran debat konvensi yang kedua dilakukan di Palembang Sport
Convention Center, Palembang (25/1/2014). Dalam debat kedua tersebut
Anies menekankan pembangunan dan pemerataan ekonomi sampai ke desa. Ia
menekankan bahwa pemerataan ekonomi bisa tercapai jika pembangunan
infrastruktur di desa seperti listrik, jalan serta irigasi dapat
dibangun dengan baik.[23]
- Debat Konvensi di Bandung
Dalam debat ketiga konvensi di Hotel Harris, Bandung (5/2/2014) Anies
mengungkapkan konsep kepemimpinan yang akan ia usung. Menurutnya konsep
kepemimpinan yang pas adalah konsep kepemimpinan seperti main angklung,
artinya setiap orang terlibat turun tangan dan pemimpin menggerakkan
dan membuat harmoni.[24]
- Debat Konvensi di Surabaya
Anies mengungkapkan beberapa gagasan pada debat di Grand Mall,
Surabaya (12/2/2014). Ia menyikapi siaran televisi yang kurang mendidik.
Menurutnya yang bisa dilakukan adalah meminta para sponsor untuk
berhenti menyokong acara tersebut. Dengan begitu menurutnya acara yang
muncul nantinya adalah acara-acara yang berkualitas.[25]
Sebelum pelaksanaan debat, Anies juga meluncurkan strategi politiknya
yang ia namakan dengan “Indonesia 1945”. Angka 1945 sendiri merupakan
akronim dari 1 semangat, 9 pekerjaan, 4 janji kemerdekaan, dalam 5
tahun. Strategi politik itu adalah ikhtiar Anies untuk ikut melunasi
janji kemerdekaan yang telah disusun oleh para pendiri republik ini.[26]
- Debat Konvensi di Bali
Anies berfokus pada masalah kesehatan saat melakukan debat di Hotel
Aston, Bali (18/2/2014). Menurutnya anggaran kesehatan Bali harus
dinaikkan karena saat ini hanya anggaran kesehatan per kapita hanya
sebesar Rp 20.000, - yang tergolong sangat kecil. Faktor kesehatan ini
harus jadi fokus utama dalam pembangunan di Bali.[27]
Selain soal kesehatan Anies juga menilai yang patut menjadi perhatian
adalah sektor pariwisata. Anies mengusulkan agar kredit untuk usaha
pariwisata dapat dipermudah sehingga dapat mengembangkan industri ini.[28]
- Debat Konvensi di Balikpapan
Dalam debat yang dilaksanakan di Balikpapan (22/2/2014) Anies banyak
menyoroti masalah perbatasan. Menurutnya ada tiga kunci pokok dalam
permasalahan perbatasan. Pertama, harus sadar di manapun berada sama
dekatnya dengan di Indonesia. Kedua, pastikan saudara kita yang berada
di perbatasan juga tercukupi kebutuhannya. Ketiga, gabungan antara
transportasi, pendidikan, dan kesehatan. Menurutnya tiga kunci itu
penting untuk masalah perbatasan di Indonesia.[29]
- Debat Konvensi di Bogor
Anies kembali menegaskan komitmennya untuk peningkatan kualitas
manusia dalam debat di Puri Begawan, Bogor (2/3/2014). Menurut Anies
kunci kemajuan bangsa ada pada kualitas manusianya. Dalam debat ini ia
juga menekankan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan
aktivitas padat karya.
- Debat Konvensi di Makassar
Dalam debat yang dilaksanakan di Makassar (5/3/2014) Anies menegaskan
komitmennya untuk mereformasi lembaga penegak hukum. Menurutnya ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan reformasi di tubuh
lembaga hukum. Yang utama adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat
pada lembaga penegak hukum dengan menempatkan orang-orang baik dan
berkompeten pada lembaga-lembaga tersebut.[30]
- Debat Konvensi di Ambon
Anies mengemukakan empat gagasan untuk Maluku dalam sebat konvensi
yang dilakukan di Islamic Center, Ambon (11/3). Pertama, dibangun
infrastruktur transportasi. Kedua, pengadaan listrik di semua pulau di
Maluku. Ketiga, pastikan akses kredit pada usaha mikro. Keempat,
pengembangan manajemen artinya pengembangan kualitas manusianya.[31]
- Debat Konvensi di Jakarta
Rangkaian debat konvensi ditutup dengan debat di Sahid Hotel, Jakarta
(27/4/2014). Dalam kesempatan ini Anies menegaskan kembali bahwa
keikutsertaannya mengikuti konvensi Demokrat adalah ikhtiar untuk ikut
turun tangan ikut melunasi Janji Kemerdekaan.[32]
Penggagas Gerakan TurunTangan
Anies Baswedan mendirikan Gerakan TurunTangan sebagai sebuah ikhtiar
mengajak semua orang terlibat melunasi janji kemerdekaan. TurunTangan
mengajak semua orang untuk ikut terlibat mengurus negeri ini dengan
mendorong orang baik mengelola pemerintahan. Gerakan ini didirikan Anies
pada Agustus 2013 dengan semangat gerakan kerelawanan tanpa bayaran.
Sampai Juli 2014, relawan yang berhasil dikumpulkan sebanyak 35.000
lebih relawan.[33]
TurunTangan banyak bergerak di kegiatan sosial politik. Gerakan ini
mendorong anak-anak muda di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi aktif
dalam gerakan politik. TurunTangan didukung oleh sebuah platform online
yang beralamat di turuntangan.org. Ini adalah platform pertama berbasis
gerakan relawan. Platform ini membantu relawan mencari, mengumpulkan,
dan menggerakkan para sukarelawan di lokasi di seluruh Indonesia atau
berdasarkan keahlian masing-masing. Sistem pengelolaan relawan ini juga
didukung melalui e-mail dan SMS untuk mengundang para sukarelawan aktif
dalam pelatihan sukarelawan di berbagai daerah.[34]
Berbeda dengan gerakan lain, TurunTangan tak hanya sekadar mendorong
Anies namun juga menciptakan sebuah politik yang sehat. Dalam kampanye
pilpres misalnya TurunTangan terus mendorong agar masyarakat kritis
dalam menyikapi pilihan yang ada. Gerakan ini juga mendorong agar
kampanye dilakukan secara sehat tanpa ada kampanye hitam. Hal ini
misalnya dilakukan oleh TurunTangan wilayah Bandung yang mengajak para
simpatisan capres-cawapres di Pilpres 2014 melakukan kampanye sehat.[35]
Juru Bicara Pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Jusuf Kalla (JK)
Komitmen Anies Baswedan untuk ikut turun tangan mendorong orang-orang
baik ia lanjutkan dengan membantu pasangan capres-cawapres Jokowi-JK
dalam pilpres 2014. Anies membantu pasangan nomor urut dua dalam Pilpres
2014 ini dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut.
Jokowi mengungkapkan bahwa kehadiran Anies sangat penting dalam tim
pemenangannya. Oleh sebab itu ia meminta bantuan Anies untuk bergabung
dengan timnya. Bagi Jokowi, Anies adalah sosok muda yang inspiratif dan
dekat dengan kaum muda. [36] Karena alasan tersebut Mantan Walikota Solo ini meminta Anies untuk membantu dirinya dan JK dengan menjadi Juru Bicaranya.
Anies sendiri menyatakan alasannya mendukung Jokowi-JK dengan
berperan menjadi juru bicara pasangan tersebut dengan menginformasikan
keputusannya pada ribuan relawan pendukungnya. Anies menginformasikan
pilihannya mendukung Jokowi-JK dengan mengirimkan sebuah e-mail berjudul
“Pilihan Saya”.[37]
Dalam email tersebut Anies menyatakan bahwa pasangan Jokowi-JK yang
paling mungkin menghadirkan terobosan. Baginya Jokowi adalah sosok muda
yang bisa melakukan terobosan. Sementara itu JK ia kenal sebagai tokoh
senior yang memiliki rekam jejak terobosan dalam karya-karyanya.[38]
Pada 22 Juli 2014, KPU merilis hasil rekapitulasi suara dan
menetapkan Jokowi-JK sebagai pemenang pemilu. Jokowi-JK meraih 53,15%
suara, mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta yang hanya meraup 46,85%
suara.[39]
Setelah kemenangan Jokowi-JK, Anies Baswedan dipercaya oleh pasangan
tersebut untuk menjadi Staf Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK.
Staf Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK
Pasca dinyatakan memenangkan pemilu presiden oleh KPU pada 22 Juli
2014. Pasangan Jokowi-JK meminta Anies untuk menjadi salah satu staf
deputi Rumah Transisi Jokowi-JK. Rumah transisi tersebut ditujukan untuk
menyiapkan kabinet sebelum pengangkatan resmi Jokowi-JK sebagai capres
dan cawapres.
Anies menjadi staf deputi bersama Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristianto,
Sekretaris Tim Pemenangan I Andi Widjajanto, dan Sekretaris Tim
Pemenangan II Fasial Akbar. Staf deputi ini diketuai oleh Rini M.
Soemarno yang merupakan Menperindah era pemerintahan Presiden Megawati.[40]
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Republik Indonesia (2014-2019)
Sepak terjang Anies Baswedan di bidang pendidikan membuatnya diberi
amanat menjadi Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah di
Kabinet Kerja Jokowi-JK periode 2014-2019. Anies merupakan salah satu
menteri yang datang dari kalangan profesional di Kabinet Kerja.[41]
Anies menilai bahwa pendidikan adalah kunci peningkatan kualitas
manusia. Ia merasa peningkatan kualitas pendidikan akan terjadi dengan
meningkatkan kualitas guru. Menurutnya pendidikan adalah interaksi antar
manusia di mana peran guru menjadi begitu sentral. Peningkatan kualitas
guru adalah salah satu hal yang ingin ia lakukan dalam kementerian
kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pemikiran
Melunasi Janji Kemerdekaan
Dalam perspektif Anies Baswedan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
negara ini tak hanya sedang bercita-cita, melainkan sedang berjanji.
Menurutnya Republik ini dibangun dengan ikatan janji, ia menyebutnya
Janji Kemerdekaan. Janji kemerdekaan itu diantaranya janji perlindungan,
kesejahteraan, pencerdasan dan peran global pada setiap anak bangsa.
Menurutnya masih banyak masyarakat yang belum dilunasi janji
kemerdekaannya. Baginya pelunasan janji itu tidak hanya tanggung jawab
konstitusional negara dan pemerintah, melainkan tanggung jawab moral
setiap anak bangsa yang telah mendapat pelunasan janji yakni telah
terlindungi, tersejahterakan, dan tercerdaskan.[42]
Untuk melunasi janji kemerdekaan tersebut, maka Anies Baswedan memiliki
beberapa pemikiran dan inisiatif yang ia wujudkan dengan beberapa pihak
yang bersama-sama bersedia turun tangan.
Tenun Kebangsaan
Salah satu janji kemerdekaan yang banyak mendapat perhatian saat ini
adalah soal janji perlindungan untuk setiap warga negara. Hal ini
terkait dengan beberapa tindakan yang mendiskriminasikan minoritas.
Menurut Anies Baswedan Republik ini dirancang untuk melindungi setiap
warga negara. Ia mengilustrasikan Republik ini sebagai sebuah tenun
kebangsaan yang dirajut dari kebhinekaan suku, adat, agama, keyakinan,
bahasa, geografis yang sangat unik. Kekerasan atas nama apapun akan
merusak tenun tersebut. Dalam soal perlindungan terhadap warga negara
atas kekerasan yang kerap terjadi menurut Anies Baswedan harus dilihat
sebagai warga negara menyerang warga negara lainnya, terjadi bukan soal
mayoritas lawan minoritas. Menurutnya negara tidak bisa mengatur
perasaan, pikiran, ataupun keyakinan warga negaranya. Namun, negara
sangat bisa mengatur cara mengekspresikannya. Dialog antar pemikiran
setajam apapun boleh, namun begitu berubah jadi kekerasan maka pelakunya
berhadapan dengan negara dan hukum.[43]
Pendidikan Sebagai Eskalator Ekonomi
Janji kemerdekaan untuk pencerdasan warga negara diwujudkan Anies
dalam beberapa inisiatif. Menurut Anies Baswedan selama empat atau lima
dekade terakhir, pendidikan menjadi eskalator sosial ekonomi masyarakat
Indonesia. Ia mencontohkan, kelas menengah atas Indonesia saat ini
adalah kelas menengah ke bawah dulunya. Karena pendidikan khususnya
pendidikan tinggi-lah status sosial ekonomi dapat naik. Berbeda dengan
beberapa dekade lalu, kini eskalator ini tidak bisa lagi dinaiki semua
orang karena tingginya biaya pendidikan dan akses pendidikan yang
terbatas. Untuk mengatasi maslaha tersebut, Anies Baswedan menelurkan
beberapa insiatif pendidikan yang menciptakan perubahan positif di
masyarakat.[44]
Indonesia Mengajar
- Indonesia Mengajar didasari oleh salah satu janji kemerdekaan negara ini dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak masyarakat di daerah yang belum dapat menikmati janji tersebut. Salah satu permasalahan terbesar pendidikan di daerah yakni distribusi guru yang tidak merata.
- Indonesia Mengajar mengirimkan memiliki dua tujuan utama. Pertama adalah mengirim anak-anak muda terbaik bangsa yang disebut sebagai Pengajar Muda (PM) untuk mengajar selama satu tahun di Sekolah Dasar di desa-desa terpencil di penjuru negeri. Tak hanya mengajar para PM juga berinteraksi langsung dengan pemangku kepentingan di daerah dan masyarakat.
- Kedua, menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akar rumput dan kompetensi global. Dengan bekal pendidikan dan organisasi yang dimiliki oleh para PM ditambah interaksinya dengan masyarakat akar rumput selama satu tahun membuat PM memberikan pengalaman kepemimpinan nyata dan pemahaman empatik yang tinggi bagi yang melaluinya. Dimulai pada tahun 2010 kini Indonesia Mengajar telah memberangkatkan lebih dari 200 PM ke 17 kabupaten yang tersebar dari barat sampai timur Indonesia. [45]
Indonesia Menyala
- Program Indonesia Menyala berawal dari hasil pengamatan sejumlah Pengajar Muda sejak mereka ditempatkan pada November 2010. Mereka melihat bahwa mayoritas anak didik mereka kekurangan bahan bacaan yang bermutu. Melihat kebutuhan tersebut dan kesadaran atas pentingnya buku untuk teman-teman di pelosok, maka program Indonesia Menyala diluncurkan pada 15 April 2011.
- Indonesia Menyala membentuk perpustakaan-perpustakaan yang bertempat di wilayah penempatan Pengajar Muda. Perpustakaan Indonesia Menyala terdiri dari dua bentuk yakni perpustakaan tetap dan perpustakaan berputar. Perpustakaan tetap yaitu perpustakaan yang berisikan buku yang hanya digunakan di satu sekolah penempatan. Sedangkan, perpustakaan berputar, berbentuk sebuah tas yang dibawa keliling oleh Pengajar Muda untuk dibaca oleh masyarakat sekitar. Indonesia Menyala menghilangkan sekat besar akses terhadap bacaan yang terbatas pada masyarakat masyarakat pedesaan di Indonesia, sehingga semakin meneguhkan bahwa pendidikan adalah hak yang harus diterima setiap masyarakat. [46]
Kelas Inspirasi
- Kelas Inspirasi mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun tangan berbagi cerita dan pengalaman kerja selama satu hari di hari yang disebut dengan Hari Inspirasi. Tujuan Kelas Inspirasi ada dua yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah secara lebih luas dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.
- Dengan Kelas Inspirasi diharapkan terjalin relasi yang dapat terus menerus sekolah dan kelas menengah pelihara. Hal ini sebagai wujud jendela komunikasi antara profesional sebagai kelas menengah dan dunia pendidikan di SD negeri sebagai salah satu area yang perlu diadvokasi dan dikembangkan terus menerus. Sehingga dengan itu diharapkan mampu mendorong kalangan profesional untuk berperan aktif dalam pendidikan melalui kegiatan serupa. [47]
Kualitas Manusia Indonesia
Salah satu janji kemerdekaan adalah janji kesejahteraan. Menurut
Anies Baswedan titik berangkat kesejahteraan bukan seperti dalam
perspektif lama yakni Sumber Daya Alam (SDA), titik berangkatnya adalah
kesadaran bahwa garda terdepan untuk meraih kemenangan adalah kualitas
manusia. Ia menggunakan istilah kualitas manusia bukan kualitas sumber
daya manusia. Hal tersebut dikarenakan karena manusia Indonesia tidak
boleh dipandang semata-mata sebagai sumber daya. Kualitas manusia ini
hanya bisa diraih lewat pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
berkualitas itu sebab utamanya bukan karena gedung, buku, kurikulum atau
bahasa yang berkualitas. [48]
Untuk mendorong hal tersebut menurutnya kepemimpinan yang dibutuhkan
adalah kepemimpinan yang menggerakkan manusia Indonesia. Kepemimpinan
yang menginspirasi, bukan mendikte. Kepemimpinan yang bersifat patron-client
tidak lagi cocok untuk kondisi Indonesia saat ini. Yang lebih cocok
menurut Anies adalah kepemimpinan yang mampu membuat orang bergerak,
turun tangan dan berkontribusi untuk menyelesaikan masalah. [49]
Gerakan Anti Korupsi
- Yang juga menjadi perhatian Anies Baswedan soal belum terlunasinya janji kesejahteraan adalah praktek korupsi di Indonesia. Ia beberapa kali bergabung menjadi aktivis anti korupsi atas undangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). [12]
Tim 8 KPK
- Pada 2010 Anies Baswedan tergabung dalam Tim Verifikasi Fakta dan Hukum atau dikenal dengan Tim 8 yang diketuai Adnan Buyung Nasution untuk meneliti kasus dugaan kriminalisasi terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Nama kedua pemimpin Komisi ini ramai dikaitkan dalam perseteruan Kepolisian versus KPK – yang populer dengan sebutan “Cicak versus Buaya” – ketika itu.
Ketua Komite Etik KPK
- Februari 2013 Anies Baswedan diminta oleh KPK untuk memimpin Komite Etik KPK – tim ad hoc bentukan pemimpin antirasuah itu. Tugas Komite ini adalah memeriksa ihwal bocornya surat perintah penyidikan (sprindik) kasus korupsi proyek Hambalang atas nama tersangka Anas Urbaningrum.[50]
Pemahaman Akar Rumput dan Kompetensi Global
Salah satu janji kemerdekaan adalah janji berperan dalam tingkat
global. Menurut Anies Baswedan dahulu pada saat Sumpah Pemuda misalnya
seorang Jawa atau Sunda menjadi Indonesia tanpa kehilangan Jawa atau
Sundanya, sekarang kesadaran seperti itu adalah bahwa kita juga warga
dunia. Menurutnya kesadaran yang saat ini diperlukan adalah kesadaran
melampaui Indonesia (beyond Indonesia). Kepada para mahasiswa
Anies sering mengatakan kompetitor mereka bukan lagi dari Universitas
yang berada di negeri ini. Kompetitor mahasiswa itu adalah lulusan Melbourne, AS, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki kemampuan bahasa, ilmu pengetahuan, dan jaringan internasional.[12]
Menurutnya yang penting untuk dimiliki saat ini adalah kompetensi yang
bersifat global dan pemahaman akan permasalahan akar rumput yang nyata
terjadi di masyarakat. Istilah yang kerap ia kemukakan adalah grass roots understanding and world class competence (pemahaman akar rumput dan kompetensi tingkat dunia). [12]
Penghargaan
Nasional
Harian Rakyat Merdeka
menganugerahkan The Golden Awards pada peringatan Hari Ulang Tahun
(HUT) harian ini yang ke 14 pada Juni 2013. Anies dipilih atas
inspirasinya di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar.
Selain Anies tokoh yang mendapatkan penghargaan ini adalah Johan Budi SP (Juru Bicara KPK) dan Ignasius Jonan (Dirut PT KAI).[51]
Pada Agustus 2013, Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas
Nasional dari Komunitas Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Indonesia. Penilaian ini didasari atas survey yang
dilakukan pada 2012 tentang persepsi masyarakat terhadap sejumlah tokoh
nasional. Anies terpilih bersama beberapa tokoh lain seperti Komaruddin Hidayat, Abraham Samad, serta Mahfud MD.
Menurut Ketua Kupas Ai Mulyadi Mamoer, mereka yang terpilih adalah
mereka yang jujur, bertanggungjawab, visioner, disiplin, bisa bekerja
sama, adil dan peduli.[52]
Dompet Dhuafa memberikan penghargaan Dompet Dhuafa Award 2013 kepada
Anies Baswedan pada Juli 2013. Penghargaan ini diberikan kepada
tokoh-tokoh yang dinilai telah memberikan inspirasi kebajikan bagi
masyarakat dan berkontribusi bagi bangsa. Anies Baswedan menerima
penghargaan kategori pendidikan. Ia dipilih karena usahanya melunasi
janji kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia
Mengajar. Selain Anies Baswedan beberapa tokoh menerima penghargaan ini
antara lain, Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden), Warsito Purwo (Ketua Umum Masyarakat dan Ilmuwan Teknologi Indonesia), serta Irma Suryati (penggerak kaum difabel).[53]
Anies Baswedan juga menerima penghargaan Tokoh Inspiratif dalam
Anugerah Hari Sastra Indonesia. Penghargaan ini diberikan pada saat
perayaan Hari Sastra Nasional pada 3 Juli 2013 di Balai Budaya Pusat
Bahasa, Rawamangun, Jakarta. Anies mendapat penghargaan kategori tokoh
inspiratif. Anies dirasa memiliki track record serta kepedulian dalam
memperjuangkan kemajuan untuk Indonesia.[54]
Internasional
- Gerald Maryanov Award
Pada 2004 Anies Baswedan menerima penghargaan Gerald Maryanov Fellow dari Departemen Ilmu Politik Universitas Northern Illinois.[55]
- 100 Intelektual Publik Dunia
Pada 2008 Majalah Foreign Policy
memasukkan Anies Baswedan dalam 100 Intelektual Publik Dunia. Anies
merupakan satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar hasil
rilis majalah tersebut. Dalam daftar itu nama Anies sejajar dengan tokoh
dunia seperti Noam Chomsky (tokoh perdamaian), para penerima nobel seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen.[11]
- Young Global Leaders
Jiwa kepemimpinan Anies Baswedan juga membuahkan hasil dengan hadirnya nama Anies dalam salah satu Young Global Leaders pada Februari 2009 yang diberikan oleh World Economic Forum.[11]
- 20 Tokoh Pembawa Perubahan Dunia
Dua tahun berselang setelah mendapat penghargaan 100 Intelektual
Publik Dunia, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari
20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi
majalah Foresight yang terbit di Jepang. Dalam edisi khusus “20
orang 20 tahun”, Majalah ini menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan
menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua
dekade mendatang. Menurut majalah itu Anies Baswedan dinilai sebagai
salah satu tokoh calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Nama Anies
berdampingan dengan Vladimir Putin (Perdana Menteri Rusia), Hugo Chavez (Mantan Presiden Venezuela), David Miliband (Menteri Luar Negeri Inggris), Rahul Gandi (Sekjen Indian National Congress India), serta Paul Ryan (politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS).[11]
- PASIAD Education Award
Anies Baswedan menerima penghargaan dari The Association of Social
and Economic Solidarity with Pacific Countries (PASIAD) kategori
Pendidikan dari Pemerintah Turki pada tahun 2010. Penghargaan ini
diberikan kepada pengajar, pelajar maupun individu yang telah
berkontribusi untuk dunia pendidikan. Anies Baswedan menerima
penghargaan ini karena telah membuat anak-anak muda terbaik untuk
mengajar di daerah terpencil yang jauh dari akses pendidikan melalui
program Indonesia Mengajar.[56]
- Nakasone Yasuhiro Award
Anies Baswedan menerima Nakasone Yasuhiro pada Juni 2010. Penghargaan
ini diberikan langsung oleh Mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuhiro Nakasone.
Penghargaan ini diberikan kepada orang-orang visioner yang membawa
perubahan dan memiliki daya dobrak, demi tercapainya abad 21 yang lebih
cerah. Anies dirasa adalah salah satu sosok visioner tersebut. Hanya
beberapa orang asal Indonesia yang pernah menerima penghargaan bergengsi
ini, seperti Rizal Sukma (Peneliti CSIS) dan Wayan Karna (Dekan ISI Denpasar).[57]
- 500 Muslim Berpengaruh di Dunia
Penghargaan yang diterima Anies Baswedan juga hadir dari kawasan Timur Tengah. The Royal Islamic Strategic Studies Center, Jordania, memasukkan nama Anies dalam daftar The 500 Most Influential Muslims pada Juli 2010. Penghargaan ini diberikan untuk 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia.[11]
Kehidupan pribadi
Anies merupakan cucu dari pejuang nasional Abdurrahman Baswedan, seorang jurnalis dan diplomat yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada masa revolusi fisik. Kedua orang tuanya berasal dari kalangan akademis. Ayahnya, Drs. Rasyid Baswedan, merupakan dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, sementara ibunya, Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Anies menikah dengan Fery Farhati Ganis, seorang sarjana psikologi dari Universitas Gadjah Mada pada tanggal 11 Mei 1996. Fery mendapat gelar magisternya dalam bidang parenting education dari Northern Illinois University. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Mutiara Annisa, Mikail Azizi, Kaisar Hakam dan Ismail Hakim. [1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar