Pendidikan
- SD Taquma (1972-1978)
- SMP Khodijah – Surabaya (1978-1981)
- SMA Khodijah – Surabaya (1981-1984)
- Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya (1984-1991)
- Strata I Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah, Surabaya (1984-1989)
- Strata II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta (1993-1997)
Karier
- Pimpinan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR RI (1992-1997)
- Pimpinan Komisi VIII DPR RI (1995-1997)
- Anggota Komisi II DPR RI (1997-1998)
- Wakil Ketua DPR RI (1999)
- Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa MPR RI (1999)
- Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (1999-2001)
- Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1999-2001)
- Ketua Komisi VII DPR RI (2004-2006)
- Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa MPR RI (2004- 2006)
- Anggota Komisi VII DPR RI (2006)
- Menteri Sosial Kabinet Kerja (2014 - kini)
Forum Internasional
- Studi banding pada penyiapan ratifikasi “Convention Against Illicit
Trafic Psychotropic and Narcotic Drug” di Austria dan Belanda, yang
diselenggarakan Internati onal Narcotic Control Board, Perserikatan
Bangsa-Bangsa, di Wina, Austria, 1996.
- Studi banding Antar-Parlemen di Mongolia, 1994
- Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam “Women 2000, Gender
Equality, Development and Peace for the Conventi on on The Elliminati on
of All Forms of Discriminati on Against Women” di Markas Besar
Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, 28 Febuari 2000.
- Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam “Women 2000, Gender
Equality, Development and Peace for the Twenty First Country”: Beijing
+5) Sidang Khusus ke-23 Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa, di New
York, Amerika Serikat, 5-9 Juni 2000.
- Ketua Delegasi Republik Indonesia pada pertemuan The Exchanges and
Cooperati on in the Field of Family Planing Between China and Indonesia,
9-11 April 2001.
- Ketua Delegasi Republik Indonesia pada Pertemuan Konsultasi Tingkat Menteri Asia-Pasifik di Beijing, China, pada 14-16 Mei 2001.
- Menjadi narasumber pada Conference G ender Equity and Development in
Indonesia yang diselenggarakan The Australian Nasional University, di
Canberra, Australia, pada 21-22 September 2001.
- Menjadi narasumber pada Conference On Women In Islam As Role Model di Berlin, Jerman, pada 24-26 Mei 2004.
- Menjadi peserta World Council of Churches di Brazil, 15-21 Februari 2006.
- Menjadi narasumber utama pada Commission on the Advancement of
Women, Commission on the Status of Women, di Markas Besar Perserikatan
Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, 1-2 Maret 2006.
- Menjadi narasumber pada International Conference on Parliaments,
Crisis Preventi on and Recovery, hosted by UNDP and the Government of
Representatives of Belgium, 19-21 April 2006.
- Menjadi narasumber pada Internati onal Conference of Islamic Scholars di Jakarta, Indonesia, Mei 2006.
- Menjadi narasumber di Muktamar ke-5 Pertumbuhan- Pertumbuhan
Perempuan Islam Dunia Islam Kontemporari di Shah Alam, Selanggor, Darul
Ehsan, Malaysia, pada 13-15 Agustus 2006.
Pidato Monumental Anti Orba
Nama Khofifah mulai populer di panggung nasional setelah membacakan
pidato sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam SU MPR 1998.
Pidato Khofifah itu sangat monumental karena merupakan pidato kritis
pertama terhadap Orde Baru di ajang resmi selevel Sidang Umum MPR.
Khofifah berbicara kritis. Dia mengkritik Pemilu 1997 yang penuh
kecurangan. Perempuan cerdas itu melontarkan ide-ide demokratisasi. Dia
juga berbicara lantang seperti para mahasiswa yang marak demonstrasi di
jalan. Mungkin Khofifah masih terbawa oleh suasana sebagai mahasiswa.
Maklum, saat itu umurnya masih muda, 33 tahun. Pidato Khofifah memang
sangat monumental. Para anggota MPR yang didominasi Fraksi Karya
Pembangunan (Golkar), Fraksi ABRI, dan Fraksi Utusan Golongan
terperanjat dengan pidato yang menohok jantung Orde Baru itu.
Yang paling terkejut adalah Fraksi ABRI. Maklum, yang dibacakan
Khofifah sangat berbeda dengan naskah yang diterima oleh Cilangkap
(Mabes ABRI) dari FPP. Di era Orba semua pidato di depan institusi resmi
atau di depan publik terlebih dahulu diserahkan ke Cilangkap . Mengapa
naskah pidato yang dibacakan Khofifah berbeda dengan yang diserahkan ke
Cilangkap? Ternyata ada ceritanya. Setelah ditunjuk menjadi juru bicara
FPP, perempuan kelahiran Surabaya itu menerima naskah pidato resmi.
Salinan pidato itu juga diserahkan ke Cilangkap.
Khofifah mempunyai kebiasaan selalu membaca berulang-ulang sebelum
tampil di muka umum. Bahkan, di rumahnya pun dia membuat simulasi. Isi
pidatonya memang memuji-muji pemerintah Soeharto. "Bahkan, pembantu saya
berkomentar, kok hanya memuji," cerita Khofifah.
Sebelum dibacakan di depan MPR, naskah itu juga dibaca secara resmi
dalam forum internal anggota FPP. Di depan koleganya itu, suara Khofifah
tak keluar. Sejumlah anggota FPP langsung mengusulkan agar Khofifah
diganti. Namun, beberapa tokoh senior FPP saat itu, seperti Yusuf Syakir
dan Hamzah Haz, tetap mempertahankan Khofifah. Lantas, Khofifah diajak
bertemu dengan Ismael Hasan Metareum (ketua umum PPP) waktu itu.
Khofifah ditanya apa yang menyebabkan suaranya tak keluar. "Isi
naskah tak sesuai dengan hati nurani saya," jawab Khofifah. Dia tidak
sreg dengan pidato yang memuji Orba itu. Lantas, para pemimpin PPP
memutuskan merombak naskah pidato tersebut biar suara Khofifah keluar.
Urusan merombaknya pun diserahkan kepada yang membaca.
"Saya langsung merombaknya. Saya tulis sesuai dengan hati nurani.
Sekitar 90 persen isi naskah yang saya ganti," cerita Khofifah. Saat
naik ke podium SU MPR, Khofifah begitu percaya diri. Dia berbicara
dengan lantang. Mengkritisi gaya pemerintah yang mengekang
demokratisasi. Mengungkit pemilu yang berada dalam kekangan pemerintah.
Para penonton TV di rumah yang saat itu sudah dijangkiti sikap apatis
terhadap Orba pun bertepuk tangan. TV diperbolehkan siaran langsung
karena salinan pidato Khofifah sudah diserahkan ke Cilangkap. Tapi,
kenyataannya, pidato yang dibacakan perempuan lulusan Unair itu berbeda
dengan yang berada di tangan para jenderal.
Turun dari panggung pidato, Khofifah disambut senyum kecut oleh para
petinggi F-KP dan F-ABRI yang duduk di depan. Bahkan, sejumlah jenderal
langsung menegurnya karena mengungkit-ungkit pemilu yang telah berlalu.
Khofifah pulang ke Hotel Sahid, tempat markas FPP. Namun, suami
tercintanya, Indar Parawansa, meminta Khofifah beristirahat di rumah.
Dia khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
Pidato Khofifah itu menjadi catatan sejarah. Itu pidato formal di
forum formal yang secara terbuka mengkritik rezim Soeharto yang tengah
berkuasa. Pidato yang mengangkat Khofifah menjadi politikus yang
disegani di tanah air.
Bergabung dengan PKB
Perubahan peta politik pasca lengsernya orde baru membuat Khofifah
keluar dari PPP. Merasa kiprahnya di dunia politik dihantarkan oleh NU,
Khofifah hijrah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang
didirikan oleh tokoh-tokoh NU pada awal era reformasi.
Selanjutnya, Pada 1998-2000 ia kembali duduk di DPR sebagai wakil
PKB. Sinar kariernya terlihat semakin terang saat ditunjuk sebagai
Menteri Pemberdayaan Perempuan di era presiden KH Abdurrahman Wahid
alias Gus Dur.
Bagi Khofifah partai adalah kendaraan. Sementara NU adalah rumah bagi
dirinya. Karena itu, meski aktif di partai, Khofifah tetap
mendedikasikan hidupnya untuk NU, organisasi yang selama ini berperan
besar membesarkan namanya.
Meski kini ia tak lagi menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan
Perempuan, Khofifah tetap getol bicara isu perempuan. Kegiatan yang
digelutinya pun tetap seabrek. Kegiatan kunjungan ke daerah-daerah
sangat padat. Kondisi itu membuatnya kerap tinggal jauh dari suami serta
empat orang anaknya.
Untunglah suami, Indar Parawansa memberikan ruang bagi Khofifah untuk
berekspresi. Bila sedang tidak bertugas, sang suami yang berprofesi
sebagai PNS biasanya ikut mendampingi Khofifah bila ia berkunjung ke
luar kota.
Saking sibuknya, ia pernah diprotes oleh anak pertamanya yang waktu
itu masih TK. Saat itu, kegiatan PKB yang baru berdiri sangat banyak,
sampai-sampai ia tak bisa pulang hingga 20 hari lamanya. Protes yang
dilayangkan anaknya pun tergolong unik, yaitu dengan menulis di tembok
dengan tulisan besar-besar.
”Ibu, bubarkan saja partainya. Ibu nggak pernah pulang!” ungkap Khofifah soal protes anaknya itu.
Khofifah paham perasaan anaknya. Dengan lembut, ia mencoba memberikan
pengertian pada si sulung. Akhirnya anaknya mengerti. Untuk memberi
pengertian pada anak-anaknya, Khofifah punya cara tersendiri. Kadang ia
mengajak anaknya melihat aktivitasnya di luar rumah, hingga mereka pun
akhirnya paham betul dengan kesibukan ibunya di luar rumah.
Hingga kini, Khofifah masih dipercaya menjadi Ketua Umum Muslimat NU.
sudah dua periode ia memimpin organisasi perempuan terbesar di
Indonesia tersebut. Meski tiap hari disibukkan dengan aktivitas politik,
Khofifah tetap pandai mengatur waktu. Sehingga organisasi yang
dipimpinya mengalami banyak kemajuan.
Kongres Muslimat NU tahun 2006 di Batam menjadi ujian berat baginya.
Ia harus bersaing ketat dengan Lily Wahid, adik kandung Gus Dur untuk
menduduki jabatan Ketua Umum Muslimat. Namun karena prestasinya, ia
terpilih sebagai Ketua Umum untuk yang kedua kalinya. Saat itu, ia
memperoleh lebih dari 70 persen suara Pimpinan Wilayah (PW) dan Pimpinan
Cabang (PC).
Sejak masih kuliah, ia mengaku telah tertarik dengan isu-isu
perempuan. Karena itu, kesempatan menjadi Ketua Umum Muslimat
dimanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk memperjuangkan nasib
perempuan.
Soal kiprahnya di politik, ia memilih berjuang dengan masuk ke dalam
sistem, karena banyak sekali kebijakan umum yang diputuskan di DPR.
Tidak hanya sekadar legislasi tetapi juga berkaitan dengan budget.
Khofifah memberikan peratian lebih terhadap kasus kematian ibu
melahirkan yang masih sangat tinggi di Indonesia. Kematian ibu
melahirkan di Indonesia mencapai 307/100 ribu per kelahiran hidup.
Jumlah tersebut bisa berkurang, jika ada peningkatan anggaran untuk
kesehatan.
“Kalau misalnya ada teman di DPR/DPRD yang memahami persoalan ini dan
ingin ada kebijakan secara spesifik untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi, dia punya peluang dan ruang relatif luas daripada mereka yang
ada di luar,” ujarnya.