Tidak
terasa beberapa hari lagi kita umat islam akan memasuki tahun baru
Hijriah 1435 H. Rasanya peringatan tahun baru hijriah ini kurang
diingat, khususnya bagi umat muslim. Sesungguhnya momentum pergantian
tahun ini sudah sepantasnya memberikan makna semangat baru untuk berbuat
amal kebajikan, untuk bekal menghadap sang Ilahi.
Selain
itu peringatan tahun baru ini memberikan keyakinan bahwa waktu
merupakan merefleksikan diri dalam kehidupan dunia yang akan
dipertangungjawabkan di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT di
dalam Al-Quran yang berbunyi artinya, “Adalah orang yang merugi jika
hari ini sama dengan hari kemarin dan hari esok lebih buruk dengan hari
ini. Dan kamu akan termasuk kaum yang beruntung jika hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.”
Pemahaman
itu memberikan keyakinan bagi kita bahwa waktu bukan sekadar kumpulan
angka-angka yang tertera pada jarum jam atau di kalender. Tetapi waktu
adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT, Sang
Pemilik Zaman.
Memaknai
pergantian tahun itu sebagai momentum perubahan budaya secara
individual (ibda’ binafsih), keluarga dan masyarakat yang selama tahun
sebelumnya mungkin masih ada kekurangan atau kealpaan, diarah lebih baik
di masa mendatang. Perubahan ini bisa terjadi apabila setiap jiwa umat
Islam mampu ‘menghijrahkan’ seluruh kekuatannya (pemikiran dan
tindakannya) bagi kemajuan dalam kehidupan secara pribadi.
Perubahan
yang dimulai dari rumah tangga dan dilanjutkan melalui lembaga
pendidikan akan membawa dampak positif sejalan dengan perkembangan.
Semua itu harus dimulai dari sekarang sebagai menciptakan generasi muda
Islami yang mampu melakukan perubahan dalam kehidupan. Sebab sudah
digariskan dalam Islam bahwa“Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang akan mengubahnya”.
Karena
itu ada tidaknya perubahan dalam kehidupan seseorang atau kelompok
masyarakat sangat tergantung pada individu atau kelompok tersebut. Itu
langkah minimal yang sejatinya dilakukan setiap muslim dalam memaknai pergantian tahun ini.
Intinya,
Islam juga mengajarkan, bahwa hari-hari yang dilalui hendaknya selalu
lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Setiap Muslim dituntut untuk
selalu berprestasi, yaitu menjadi lebih baik dari hari ke hari, begitu seterusnya.
Dengan
keyakinan itu, maka orientasi kerja-kerja keduniaan yang selama ini
kita lakukan patut kiranya di tahun 1435 H kita rubah berdasarkan pada
nilai-nilai kebajikan (ma’rufat) dan membersihkannya dari pelbagai kejahatan (munkarat).
Dalam hal ini, ma’rufat mencakup segala kebajikan (virtues) dan seluruh kebaikan (good qualities) yang diterima oleh manusia sepanjang masa, sedangkan munkaratmenunjuk pada segenap kejahatan dan keburukuan yang selalu bertentangan dengan nurani manusia.
Nilai kebaikan bisa diejawantahakn dengan bekerja berprinsip nilai kejujuran dan profesionalitas. Sikap jujur sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW agar dapat berperilaku yang baik dengan “menjauhi
dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa membawamu ke
neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan membawamu kepada
kebajikan dan membawamu ke surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pribadi
yang jujur merupakan roh kehidupan yang teramat fundamental, karena
setiap penyimpangan dari prinsip kejujuran pada hakikatnya akan
berbenturan dengan suara hati nurani. Seperti contoh, para penyelenggara negara pada setiap aktivitas dalam rangka melayani masyarakat tentunya tidak menanggalkan prinsip kejujuran.
Dengan
pemahaman itu, maka sepatutnya pergantian tahun baru Hijriah 1435 ini
kita jadikan sebagai momentum mengubah diri menuju perubahan dalam
segala bidang sebagai upaya penyatuan umat Islam Indonesia. Momentum
hijriyah ini dinilai tepat untuk mengukit prestasi secara individu serta
kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar