Nama : Hardi
NIM : F01110023
M.K : Manajemen Strategi
Analisis SWOT PT. Kimia Farma
Sejarah
Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambil alihan
perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia. Perusahan–perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara
lain N. V. Pharmaceutische Hendel Svereneging J. Van Gorkom & Co.,
(Jakarta), N. V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N. V.
Bandoengsche Kinine Fabriek, (Bandung), N. V. Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto) dan N. V. Verband Stoffe Fabriek (Surakarta)
Berdasarkan Undang–Undang No. 86 tahun 1956, pemerintah Indonesia
melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi Belanda tersebut dan
menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1968 statusnya diubah menjadi
Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut adalah
PNF Radja Farma (Jakarta), PNF Nurani Farma (Jakarta), PNF Nakula Farma
(Jakarta), PNF Bio Farma, Perusahaan Negara (PN) Bhineka Kina Farma (Bandung),
PN Sari Husada (Yogyakarta) dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada
(Surabaya)
Pada tanggal 23 januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969
perusahaan – perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia
Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan–perusahaan negara.
Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma
mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan
status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya menjadi PT.
Kimia Farma (Persero).
Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang
mengakibatkan APBN mengalami defist anggaran dan hutang negara semakin besar.
Untuk mengurangi beban hutang, pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi
BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal Dan Pembinaan BUMN No.
S-59/M-PM.BUMN/2000 tanggal 7 maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi.
Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan
cepat, maka direksi PT. Kimia Farma (Persero) mendirikan dua anak perusahaan
pada tanggal 4 januari 2002 yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma
Trading dan Distibution. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma Tbk.
resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES)
sebagai perusahaan publik dan berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk.
B. Visi
Dan Misi Apotek
a. Visi
Menjadi perusahaan
pelayanan kesehatan utama di Indonesia dan berdaya saing global.
b. Misi
a) Untuk
mencapai visinya, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mempunyai misi sebagai berikut
:
Menyediakan produk dan jasa layanan kesehatan yang unggul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu kehidupan.
Menyediakan produk dan jasa layanan kesehatan yang unggul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu kehidupan.
b) Mengembangkan
bisnis pelayanan kesehatan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang
saham, karyawan dan pihak lain yang berkepentingan, tanpa meninggalkan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
c)
Meningkatkan kompetensi dan komitmen sumber daya
manusia guna pengembangan perusahaan, serta dapat berperan aktif dalam
pengembangan industri kesehatan nasional.
C. Tujuan
Dan Fungsi
Tujuan
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya kegiatan usaha dibidang industri
kimia, farmasi, biologi, dan kesehatan serta industri makanan dan minuman.
Selain itu juga bertujuan untuk mewujudkan PT. Kimia Farma (persero) Tbk.
sebagai salah satu pemimpin pasar (market leader) di bidang farmasi yang
tangguh.
PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 3 fungsi yaitu:
·
Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di
bidang pengadaan obat, mengingat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan salah
satu badan usaha milik negara dalam bidang industri farmasi.
·
Memupuk laba demi kelangsungan usaha.
·
Sebagai ”agent of development” yaitu menjadi
pelopor perkembangan kefarmasian di Indonesia.
D. Budaya
Perusahaan
Budaya
Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah mengembangkan dan mewujudkan
pikiran, ucapan serta tindakan untuk membangun Budaya Kerja berlandaskan pada
tiga sendi, yaitu:
a. Profesionalisme
·
Bekerja secara cerdik (Smart & creative) dan
giat (Hard).
·
Berkemampuan mamadai untuk melaksanakan tugas,
dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan semangat.
·
Dengan perhitungan matang berani mengambil
resiko.
b. Integritas
·
Dilandasi iman dan takwa
·
Jujur, setia dan rela berkorban
·
Menunjukan pengabdian
·
Tertib dan disiplin
·
Tegar dan bertanggung jawab
·
Lapang hati dan bijaksana
c. Kerjasama
·
Menghormati dan menghargai pendapat orang lain
·
Memupuk saling pengertian dengan orang lain
·
Memahami dan menghayati dirinya sebagai bagian
dari sistem.
Ada
banyak faktor yang mendukung, menstimulasi dan mempercepat kemajuan Kalbe pada
dasarnya ada 4 kunci sukses yang membuat Kalbe mampu berprestasi, yaitu :
1. Produk
inovator yang bervariasi
2. Strategi
marketing yang solid
3. Komitmen
yang tinggi pada Research & Development
4. SDM
yang reliable
ANALISIS SWOT
1. Strength
/ Kekuatan
Kalbe
merupakan market leader untuk produk kesehatan dan market leader untuk produk
ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai segmentasi
pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator dengan
mengembangkan obat-obatan dengan rumusan kimia baru baik dengan kemampuan
sendiri ataupun aliansi strategis dengan mitra internasional, serta banyak
menghasilkan produk-produk baru berbasis teknologi tinggi.
Pada
tanggal 16 Desember 2005, manajemen Kalbe telah berhasil melakukan penggabungan
usaha dengan Dankos dan PT Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka
menciptakan perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Penggabungan ini akan memberikan peluang bagi masa depan Kalbe dalam
meningkatkan efisensi dan efektivitas. Merger yang melibatkan PT Enseval
sebagai superholding dan 3 anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut,
membentuk perusahaan yang betul-betul terintegrasi. Secara Horisontal, Kalbe
"baru" menawarkan rentang produk mulai jauh lebih luas dari berbagai
obat dan makanan kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara
Vertikal, mereka melakukan kegiatan pengadaan bahan baku, manufakturing produk
jadi, pemasaran, sampai penjualan dan distribusi.
Kalbe
memiliki pengalaman cukup panjang dan dari segi finansial pendapatan Kalbe
meningkat sekitar 18% per tahun. Manajemen Kalbe memiliki personel yang
berpengalaman, termasuk didalamnya mantan Dirjen BPOM dalam mengembangkan,
memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehatan dan farmasi.
Dilengkapi dengan tim yang solid serta kerjasama yang baik antar departemen
internal dan hubungan yang erat dengan mitra, PT Kalbe Farma Tbk. semakin
mengukuhkan diri dalam jajaran perusahaan besar di Indonesia.
Pada
bagian produksi, Kalbe memiliki 7 GMP (Good Manufacturing Practice yang telah
berstandar internasional dengan 2 GMP tambahan yang masih dibangun. Komitmen
Kalbe dalam hal ini telah diakui melalui serangkain hasil pengujian badan
sertifikasi. Semua fasilitas milik produk Kalbe dan anak perusahaan telah
mendapatkan sertifikasi ISO 9001, sementara PT Dankos Laboratories dan PT
Bintang Toedjoe juga telah meraih sertifikat ISO 14001 serta OHSAS 18001/SMK3
(Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kalbe dan Dankos secara
konsisten berhasil mempertahankan pencapaian yang sangatmemuaskan dalam
penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik, yaitu nomor 5 dan 2
diantara semua perusahaan yang telah tercatat di BEJ pada tahun 2005.
Pada
bagian distribusi, kalbe memiliki tenaga pemasaran 6000 personel dengan 1 juta
outlet di seluruh Indonesia. Ditopang struktur bisnis yang lengkap, yakni
memiliki perusahaan distribusi dan jaringan rumah sakit yang mengusung Mitra
Keluarga dan Mitra Internasional, ternasuk sekolah perawat.
2. WEAKNESS
/ KELEMAHAN
Ekspansinya
ke noncore-business, seperti ke bisnis property (PT Kalbe Land) dan pendidikan
(STIE Kalbe). Ekspansi ini dapat mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam
pengembangan bisni farmasi.
Penjualan
Ekspor sampai dengan spetember 2005 bertumbuh sebesar 127,7% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu. sedangkan penjualan lokal bertumbuh dengan
28,6%. Meskipun ekspor tumbuh sangat besar, namun melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS tidak dapat membawa keuntungan yang besar juga. Pasalnya 90%
bahan baku masih impor, sehingga harganya juga melonjak. Akibatnya, persentase
laba kotor (gross margin) hanya mencapai 54,3%. Hal ini disebabkan karena
komponen impor dari obat sangat tinggi yaitu 90% dari bahan baku yang digunakan
(bahan aktif dan bahan pembantu) serta 50% dari bahan pengemas yang digunakan.
Bahan
aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya belum berarti dan
belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing dibandingkan dengan sumber dari
luar negeri. Upaya-upaya untuk meningkatkan self sufficiency dibidang pengadaan
bahan baku sering terbentur permasalahan :
ü Banyaknya
jenis bahan baku yg digunakan oleh industri farmasi (hingga 6000 items)
sehingga banyak pemakaian per item yang tidak memenuhi skala produksi ekonomis
ü Masalah
utama adalah pengadaan bahan baku untuk bahan dasar produksi bahan baku yang
terkait dengan :
-
kurang berkembangnya industri kimia hulu
yang bisa menopang pengadaan intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat.
Ketergantungan pada intermediates dari luar negeri pada tingkat tertentu bisa
mengurangi manfaat yang diperoleh dari sintesis lokal.
-
Kurang adanya koordinasi antar industri
terkait misalnya industri petrokimia dengan industri farmasi. Sering terjadi
industri farmasi mengalami kesulitan karena intermediate-nya tidak bisa dibuat
lokal.
-
Kelemahan pada dasarnya industri farmasi
memang industri yang knowledge intensive dan highly regulated tetapi aspek
regulasi industri farmasi di Indonesia cukup berat yang bersumber dari :
·
policy yang ada dibuat dengan semangat
pengawasan dan bukan pegembangan;
·
pelaksanaan tersa lamban karena tidak
seimbang antara pengawas dari pihak pemerintah dengan pihak swasta yang harus
dilayani;
Mata
rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan distribusi hasil
produksi industri farmasi masih belum seimbang baik secara kualitatif dan
kuantitatif.
·
Misalnya ratio dokter perpopulasi di
Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1 juta penduduk.
·
jumlah apotik saat ini berjumlah 6000
buah yang terkonsentrasi di kota-kota untuk melayani rakyat indonesia yang
lebih dari 200 juta penduduk. Program pharmaceutical care juga belum berjalan
dengan baik sehingga mengurangnya pemanfaatan obat secara optimal di
masyarakat.
·
Distributor yang jumlahnya cukup banyak
tetapi tidak mempunyai jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga
biaya distribusi relatif mahal.
3. OPPORTUNITY
/ PELUANG
a) Besarnya
penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan
pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di
Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8% dari populasi
penduduk dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada GDP dan kemungkinan
akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun ke depan. Konsumsi produk farmasi
termasuk resep dan OTC diperkirakan 7 milyar dan berkembang menjadi 13% dari
2005 sampai 2010. Serta terbukanya peluang ekspor sebagai akibat dari penurunan
nilai mata uang rupiah dan pelaksanaan Good Manufacturing Practice yang baik di
Indonesia.
Tahun
2000 Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar pada pasar internasional.
Awalnya perusahaan melempar produk ke ASEAN seperti malaysia dan singapura.
Kemudian sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal ini
dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi pertama Trading
Based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor loka di negara-negara tujuan
ekspor. kerjasama ini sangat simpel karena hanya sebatas aktivitas jual-beli
saja. Namun, lewat jaringan para trader ini produk Kalbe ada dibanyak negara
seperti Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi di
negara-negara tersebut. Strategi kedua, Marketing Based. Kalbe membangun kantor
perwakilan di setiap negara tujuan yang dari survei internal berpotensi bagi
pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor perwakilan Kalbe di
beberapa negara, seperti Malaysia (untuk pasar Malaysia dan Singapura),
Myanmar, Kamboja, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas melakukan
aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT Kalbe Farma
berencana membangun pabrik Orange Kalbe limited di Nigeria. Pembangunan pabrik
ini untuk memperkuat pangsa pasar di afrika barat. "Nigeria akan dijadikan
sebagai basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma." kata Dirut PT
Kalbe Farma Johannes Setijono. rencananya pabrik itu akan digunakan untuk
memproduksi obat-obat OTC (Obat Tanpa Resep) dan minuman energi.
b) Kecenderungan
berkembangnya sistem penanganan kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan
tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.
4. THREAT
/ ANCAMAN
a. Adanya
kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkan "perang
saudara" terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lg di
produk-produk farmasi yang berada dikategori yang sama. Di obat flu misalnya,
Kalbe memiliki Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan yang cukup
ampuh, Mixagrip. Lantaran Danskos dan Kalbe bisa melihat data masing-masing,
mereka bisa saling menjatuhkan.
b. Adanya
krisis ekonomi telah membuat daya beli obat masyarakat Indonesia menurun
sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk
pasar lokal.
c. Diberlakukannya
Undang-Undang Paten tahun 1997 dan direvisi 2001, industri farmasi Kalbe Farma
yang terbiasa mengandalkan pengembangan produk-produknya pada strategi copy cat
produk-produk baru yang masih dilindungi paten, mejadi sulit untuk mengembangkan
produk-produknya.
d. Legal
Sistem, belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat
menjadi lebih sulit untuk dikontrol.
e. Semakin
luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan
semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi. Kalbe mengakui jika
produknya masih belum mampu bersaing dengan produk dari Amerika Serikat.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar